Kunci/Kiat sukses
berkomunikasi dengan remaja
Permasalahan remaja.
Banyak orang tua yang mengeluh, mengalami kesulitan berkomunikasi dengan anak
remajanya, mengapa ? Padahal sebelumnya, semuanya lancar-lancar saja. Tetapi
begitu anak menginjak usia remaja,
konflik, “breng” atau ketidak
cocokan sering muncul diantara anak remaja
dan orang tua. Orang tua tidak habis pikir, mengapa hal ini bisa
terjadi, siapa yang salah ?.
Mengapa perilaku remaja menjadi
menyulitkan?. Masa remaja adalah masa transisi atau periode dalam kehidupan
manusia yang mengalami beberapa perubahan yang terjadi secara bersamaan. Ketidak mampuan
remaja mengatasi kondisi menekan karena perubahan tersebut, sering
mengakibatkan munculnya gangguan dalam perilakunya. Perubahan yang terjadi pada anak
remaja, mencakup perubahan: fisik, kognitif, sosial, dan emosional.
Perubahan fisik
terjadi sebagai akibat masaknya hormon testosteron pada laki-laki dan estrogen
pada perempuan. Remaja perempuan ditandai dengan menstruasi pertama kalinya (menarche)
dan remaja laki-laki dengan mimpi basah (pollutio) Kemasakan hormon ini berpengaruh pada
kematangan organ-organ reproduksi dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder.
Perkembangan
kognisi remaja mencapai tahap formal operational yang memungkinkan remaja
berpikir secara abstrak dan komplek, sehingga remaja mampu mengambil keputusan
untuk dirinya.
Perkembangan
sosial, ditunjukkan adanya keinginan yang kuat pada remaja untuk melepaskan
diri dari ikatan dengan keluarga dan lebih melibatkan diri dengan teman
sebayanya. Hal ini dilakukan remaja dalam usahanya untuk menemukan identitas
dirinya, mendapatkan peran sosial
sebagai pribadi dewasa yang mandiri.
Perkembangan
emosi, ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak. Perubahan
emosi ini erat kaitannya dengan kemasakan hormon yang terjadi pada remaja.
Dari sedikit
uraian diatas dapat dipahami bahwa perubahan perkembangan yang terjadi pada
remaja, sering mengakibatkan remaja mengalami keadaan tertekan (stress).
Kemampuan remaja mengatasi berbagai problem, sehingga tidak stres sangat
ditentukan oleh seberapa besar dukungan dari keluarga terutama orang tuanya.
Makin besar dukungan yang diperoelh remaja dalam mengatasi berbagai problemnya,
makin rendah kemungkinannya remaja mengalami stres sehingga terhindar dari
gangguan dalam perilakunya. Komunikasi yang bagaimanakah dengan remaja, agar
bisa efektif dan harmonis, sehingga dapat membantu proses perkembangan
pribadinya menuju kedewasaan.
Komunikasi dengan remaja
Komunikasi, baik verbal maupun
nonverbal pada dasarnya merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses
pendidikan anak, juga merupakan sumber-sumber rangsangan untuk membentuk
kepribadian anak. Apabila komunikasi antara orang tua dan anak dapat berlangsung
dengan baik, maka masing-masing pihak dapat saling memberi dan menerima
informasi, perasaan dan pendapat sehingga dapat diketahui apa yang diinginkan,
dan konflikpun dapat dihindari. Keterbukaan melalui komunikasi ini akan
menumbuh kembangkan bahwa anak dapat
diterima dan dihargai sebagai manusia. Sebaliknya bila tidak ada komunikasi
yang baik maka besar kemungkinan kondisi kesehatan mentalnya mengalami
hambatan. Dari penelitian diperoleh bukti adanya kecenderungan psikopatologi
pada anak, disebabkan karena adanya hambatan dalam proses komunikasi antara
anak orang tua, terutama ibunya.
Dalam proses perkembangan kepribadian
anak, orang tua juga berperan sebagai pendidik yaitu bertugas untuk menanamkan
nilai-nilai moral dan kehidupan yang akan menjadi landasan yang kuat bagi bagi
tumbuhnya jiwa dan pribadi anak. Keluarga merupakan wahana bagi anak untuk
menimba berbagai ilmu pengetahuan. Melalui pola asuh orang tua anak mengenal
nilai-nilai moral, mengenal tindakan yang baik dan yang buruk sebelum ia mengembangkan
interaksi sosial di luar lingkungan keluarganya. Keberhasilan orang tua dalam
mengembangkan nilai-nilai moral bukan disebabkan karena otoritasnya tetapi
lebih pada bagaimana mengkomunikasikan nilai-nilai tersebut yang disesuaikan
dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Kenyataannya
banyak orang tua yang kurang dapat berkomunikasi dengan anaknya, terutama
dengan remaja. Mengapa ?. Banyak orang tua kurang menyadari bahwa respon
(verbal maupun nonverbal) dalam menanggapi anaknya, menyebabkan hambatan dalam
berkomunikasi.
Respon yang sering diutarakan orang tua
pada anaknya yang menyebabkan terputusnya komunikasi, antara lain adalah: memerintah;
mengancam-memperingatkan; mendesak-memberi kotbah; menasehati-menyelesaikan
masalah; memberi kuliah-mengajari; menilai-mengkritik-tidak
setuju-menyalahkan; mencemooh-membuat malu; menyelidiki-mengusut;
menghindar-mengalihkan perhatian-menertawakan; dan memuji-menyetujui;
Ungkapan-ungkapan tersebut diatas
membuat anak: menghentikan pembicaraaan; mempertahankan diri; menyerang-berdebat;
merasa rendah diri; benci dan marah; merasa bersalah; merasa
diperlakukan seperti anak kecil; merasa tidak dimengerti; merasa
perasaan-perasaannya tidak dibenarkan;
merasa sedang diinterogasi. Rasanya semua kriteria tersebut
sering dilakukan orang tua dalam otoritasnya sebagai orang yang harus dipatuhi.
Bagaimanakah sebaiknya ? Agar
komunikasi dengan anak tidak terputus perlu kiranya orang tua memahami cara
berkomunikasi yang efektif, antara lain:
1.
Membuka pintu, yaitu ungkapan orang tua yang
memungkinkan anak untuk membicarakan lebih banyak, mendorong anak untuk
mendekat dan mencurahkan isi hatinya. Dan yang penting menumbuhkan pada anak
rasa diterima dan dihargai. Beberapa pernyataan yang bersifat membuka antara
lain: “Saya mengerti.. “ Ya..hm.. “Oh ya..” Coba ceritakan lebih banyak..”ibu
koq tertarik ya..”Kelihatannya kamu seneng ya..
2.
Mendengar Aktif, kemampuan orang tua untuk menguraikan
perasaan anak dengan tepat, jadi orang tua mengerti perasaan anak, yang dikirim
anak lewat bahasa verbal maupun nonverbalnya. Keuntungan dari mendengar aktif,
anatara lain: mendorong terjadinya katarasis; menolong anak tidak takut
terhadap perasaan (positif-negatif); mengembangkan hubungan yang sangat dengan orang tua; memudahkan anak
memecahkan masalahnya; meningkatkan kemampuan anak untuk mendengar pendapat
orang tua; meningkatkan tanggung jawab anak
3.
Komunikasi dengan empatik, prinsip Komunikasi Empatik:
“Berusaha mengerti lebih dahulu, baru dimengerti” . Dalam mendengarkan empatik,
kita sebagai orang tua berusaha masuk ke dalam kerangka pikiran, perasaan anak
remaja kita. Kita sebagai orang
tua, tidak hanya mendengar dengan telinga, tapi dengan mata dan hati. Hati kita
merasakan, memahami, menyelami dan berintuisi dengan permasalahan yang sedang
dialami oleh anak remaja kita. Mata kita mengamati pesan-pesan nonverbal yang
diekspresikan oleh anak kita. Kita menggunakan otak kanan sekaligus otak kiri.
Mendengar Empatik adalah mendengar untuk mengerti baik secara emosional sekaligus intelektual,
bukan dengan maksud untuk menjawab, mengendalikan atau memanipulasi orang lain.
Memang tidak mudah untuk dapat menjalin komunikasi yang positif
dengan anak remaja kita yang sedang mengalami berbagai gejolak dalam dirinya.
Tetapi tidak berarti tidak bisa. Pemahaman dan pengertian kita sebagai orang
tua atas kesulitan-kesulitan yang sedang dialami anak remaja kita, merupakan
hal sangat penting. Anak remaja kita membutuhkan pengertian dari orangtuanya
bahwa ia sedang mengalami proses perubahan.Sikap ini akan mendukung terjalinnya
komunikasi yang positif dengan anak remaja kita.