Meraih Sukses Dengan Kendali Diri
Prinsip utama yang perlu kita perhatikan untuk
belajar melakukan kendali diri adalah prinsip untuk hidup seimbang.
Anton, yang telah dua tahun berupaya mencari pekerjaan, ternyata sampai saat
ini pun belum berhasil mendapatkannya. Telah puluhan surat lamaran, dan
interview yang dijalaninya, tetapi hasilnya nihil. Ternyata permasalahan
terletak pada usahanya untuk mengendalikan kondisi fisiknya. Setiap kali akan
menghadapi interview, Anton sangat stress, sehingga ia tidak bisa tidur dan
makan tidak teratur. Akibatnya pada hari interview, Anton tidak tampil fit dan
kurang konsentrasi karena terlalu lelah, terlalu tegang, dan kurang istirahat.
Di
pihak lain, Tino, seorang staf keuangan di sebuah perusahaan asuransi, merasa
frustasi karena walaupun sudah bekerja lebih dari lima tahun, ia tidak pernah
naik pangkat. Ia selalu saja ”disalip” oleh rekan-rekannya yang lebih junior
dalam usia maupun dalam lama bekerja. Setelah diselidiki, pokok persoalannya
berasal dari emosi Tino yang tidak stabil, sering naik turun.
Kadang ia sangat
antusias dalam menyelesaikan pekerjaan, di waktu lain ia terlihat sangat lesu,
ceroboh, kurang bersemangat, bahkan cenderung meledak-ledak ketika menghadapi
suatu permasalahan. Tentu saja pimpinan tidak mempertimbangkan Tino untuk naik
pangkat karena emosinya yang tidak bisa dikendalikannya (walaupun keterampilan
fisik dan pikirannya sudah memenuhi syarat.
Dua contoh di atas menunjukkan
pentingnya bagi kita untuk menjadi orang yang hidup seimbang (Successful
Living, Institute in Basic Youth Conflicts, 1999), yaitu orang yang bisa
mengendalikan aspek fisik, mental, dan emosional, sehingga kita bisa bekerja
lebih efektif, memiliki emosi yang lebih matang, dan berpikir lebih bijaksana.
Kendali emosi. Seseorang dengan kendali emosi yang baik, cenderung akan
memiliki kendali pikiran dan fisik yang baik pula. Karena emosi datangnya dari
dalam, ia memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mempengaruhi kondisi fisik,
dan apa yang kita pikirkan.
Misalnya saja, kita memiliki emosi positif terhadap
segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi mutakhir, maka otomatis, yang
kita pikirkan adalah hal-hal yang berhubungan dengan teknologi mutakhir, kita
pun akan membaca dan mencari informasi untuk meningkatkan pengetahuan kita di
bidang teknologi mutakhir tersebut. Jadi, untuk meraih sukses, kita perlu
memupuk emosi yang konstruktif (antara lain: antusiasme, rasa percaya diri,
harapan, pantang menyerah) dan mengendalikan emosi yang destruktif (antara
lain: emosi negatif yang mendorong kita untuk cepat putus asa, kecewa, tidak
percaya diri, cepat marah).
Memiliki ketulusan dalam melakukan apa pun yang
dipercayakan kepada kita, juga bisa menumbuhkan emosi yang positif. Orang yang
tulus, umumnya lebih nyaman, jarang sekali kecewa, dan lebih bergairah dalam
melakukan pekerjaannya, sehingga ia dapat melakukan pekerjaan dengan lebih
baik.
Kendali pikiran. Jika belum apa-apa kita sudah berpikir gagal, maka semua
tindakan kita akan mengarah pada terjadinya kegagalan, seperti yang kita
pikirkan: kita menjadi putus asa karena masalah yang kita hadapi, kita
kehilangan percaya diri, karena takut gagal, akhirnya kita tidak berani mencoba
sama sekali. Jika kita juga berpikir bahwa suatu pekerjaan tidak mungkin
dilakukan, maka kita akan berhenti berpikir untuk mencari solusi, karena merasa
pekerjaan itu adalah tidak mungkin dijalankan. Jadi apa yang kita pikirkan,
itulah yang kita dapatkan. Jika kita ingin memiliki emosi positif, berpikirlah
positif. Jika kita ingin meraih sukses, berpikirlah sukses. Walaupun kita
mendapat banyak tantangan dan hambatan, dengan selalu berpikir sukses, kita
akan senantiasa berupaya untuk mencari solusi dari persoalan yang kita hadapi,
segala tindakan kita pun akhirnya mengarah pada tindakan menuju solusi. Emosi
kita juga akan terbawa untuk tetap bergairah meraih sukses yang kita pikirkan.
Kendali fisik. Sebagian besar dari Anda pasti sudah pernah mendengar ungkapan
”Mens Sana in Corpore Sano”, artinya dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang
sehat. Ungkapan ini juga diakui para pakar yang meneliti kebiasaan orang
sukses.
Menurut para pakar, kondisi badan yang fit merupakan salah satu faktor
kunci dalam menunjukkan kemampuan kita berfungsi dengan optimal. Jika kita
sering sakit-sakitan, maka banyak kesempatan yang akan hilang. Jika kita tidak
sering kelelahan, maka banyak hal yang tidak bisa kita lakukan. Tentunya
kondisi seperti ini tidak menunjang kita untuk meraih sukses.
Banyak orang yang
kurang memperhatikan kondisi fisik ini. Mereka hanya memperhatikan pikiran dan
emosi saja. Walaupun kita memiliki kemampuan mental yang baik, dan emosi yang
positif, tanpa fisik yang fit, kita akan memiliki banyak keterbatasan untuk
berprestasi.
Untuk meraih fisik yang fit, kita perlu mengendalikan kondisi
fisik ini melalui olah raga dan istirahat yang cukup, serta makan yang teratur.
Olah raga memperkuat stamina kita. Istirahat cukup menyegarkan tubuh dan otak
kita. Sedangkan makan yang teratur, memperlancar metabolisme kita. Dengan
kondisi fisik yang fit, kita akan lebih bergairah, dan lebih memiliki energi
untuk melakukan tugas-tugas kita, sehingga hasilnya pun akan lebih baik.
STRATEGI KENDALI DIRI
Agar usaha kita berhasil untuk mengendalikan emosi, pikiran, dan fisik, maka
kita perlu menerapkan strategi kendali diri sebagai berikut.
Disiplin Diri. Inilah strategi pertama yang perlu kita terapkan. Jika kita
sudah mampu mendisiplinkan diri kita sendiri untuk mengendalikan emosi, pikiran
dan fisik, maka dengan sendirinya kemampuan kita untuk meraih sukses juga
menjadi lebih baik. Misalnya, kita akan lebih mudah untuk mengendalikan orang
lain untuk memberikan dukungan bagi kita; kita juga akan lebih mampu
mengendalikan perubahan yang terjadi di sekitar kita agar dapat menunjang kita
meraih sukses, kita juga bisa mengendalikan permasalahan di sekitar kita,
dengan mengubah permasalahan menjadi kesempatan sukses, dan kita pun bisa lebih
baik dalam mengatur waktu (bukan kita yang menjadi budak waktu) untuk bekerja
lebih cerdas. Prinsipnya adalah kita harus mampu belajar untuk memimpin diri
sendiri, dalam mengatur waktu, menetapkan tujuan dan memupuk komitmen untuk
mencapai tujuan tersebut.
Motivasi Diri. Orang yang peduli akan menunjukkan prestasi yang lebih baik
dalam segala hal yang ia kerjakan (Austin, 2000).
Orang yang peduli ini akan
bekerja dengan sungguh-sungguh karena ia peduli akan hasil akhir yang akan
dicapai. Kepedulian muncul karena dorongan dari dalam (internal motivation)
ataupun dorongan dari luar (external motivation).
Dorongan atau motivasi dari
dalam diri sendiri muncul karena keinginan ataupun mimpi yang kuat untuk meraih
sukses. Tercapainya mimpi ini akan membuat kita menitikkan air mata bahagia.
Jadi, temukan mimpi atau keinginan yang kuat, yang pencapaiannya bisa membuat
kita menitikkan air mata (Misalnya: mimpi untuk memberi bea siswa bagi 500 anak
Indonesia untuk melanjutkan sekolah dalam kurun waktu 5 tahun, ataupun mimpi
untuk membeli sebuah rumah idaman dalam 10 tahun ke depan).
Dorongan atau
motivasi dari luar bisa datang dari seseorang (orang tua, kakak atau adik,
sahabat, ataupun orang terkenal yang menjadi panutan kita).
Motivasi dari luar
bisa pula datang dari sebuah peristiwa (kegagalan, kemenangan, ataupun
kesedihan). Pengalaman buruk menjadi korban kecelakaan, bisa saja mendorong
kita untuk aktif memberikan penerangan pada orang lain, atau masyarakat umum
untuk menggunakan sabuk pengaman dan erdisiplin dalam berkendaraan. Pengalaman
terhadap saudara dekat yang terkena suatu penyakit, juga bisa memotivasi kita
untuk melakukan riset mengenai penyakit tersebut, ataupun mengumpulkan dana
untuk membantu orang-orang yang tidak mampu agar memperoleh perawatan terhadap
penyakit yang mereka derita.
Percaya Diri. Jika kita sendiri tidak percaya bahwa kita mampu meraih sukses,
bagaimana kita bisa meyakinkan orang lain untuk mendukung kita meraih sukses.
Jika dalam bernegosiasi, kita sendiri tidak yakin akan produk ataupun jasa yang
kita tawarkan, lebih baik kita tidak melakukan negosiasi, karena kita pasti
tidak akan mampu meyakinkan calon pembeli untuk membeli produk atau jasa yang
kita tawarkan. Kuncinya dalam hal ini adalah percaya diri. Jika kita telah
memiliki rasa percaya diri tinggi, maka kita akan lebih mudah meyakinkan orang
lain akan kemampuan kita, karena rasa ini akan menular pada orang-orang sekitar
kita. Bayangkan saja jika kita pergi ke dokter untuk konsultasi penyakit kita.
Ternyata dokter yang kita kunjungi tidak yakin bahwa ia dapat membantu kita.
Dalam kondisi seperti ini, pastilah kita akan pergi ke dokter lain yang
menunjukkan rasa percaya diri bahwa ia mampu membantu kita. Demikian juga
dengan calon pembeli atau nasabah, jika kita menunjukkan kepada mereka bahwa
kita yakin akan kemampuan kita untuk menolong mereka, maka keyakinan ini pun
akan menular kepada mereka (mereka juga akan percaya pada kemampuan kita).
Pada
saat orang lain percaya kepada kita, maka akan mudah bagi kita untuk membangun
kerja sama dalam berbagai hal, baik dalam bisnis maupun dalam membina hubungan
sosial yang langgeng. Rasa percaya diri bisa dipupuk dengan melakukan
perencanaan yang rinci, matang, dan tersusun secara sistematis, serta persiapan
yang cukup (baik secara fisik mental, maupun emosional), dan apresiasi terhadap
kelebihan dan kemampuan yang kita miliki. Kita juga bisa meningkatkan
kepercayaan diri dengan senantiasa mengembangkan keterampilan dan kemampuan
kita secara rutin.
Pengembangan Diri. Keinginan untuk selalu mengembangkan diri, merupakan salah
satu faktor kunci dalam memupuk kemampuan kita mengendalikan diri. Dengan
mempelajari teknik-teknik mengatur waktu yang efektif, kita bisa mencoba untuk
mengendalikan waktu (bukan waktu yang mengendalikan kita).
Dengan mempelajari
informasi tentang pola makan sehat, serta olah raga yang sesuai dengan usia dan
kondisi tubuh kita, maka kita akan terdorong untuk melakukan hal-hal yang sudah
kita pahami.
Dengan mengerti lebih dalam mengenai strategi ampuh untuk berpikir
positif, kita bisa mencoba strategi tersebut untuk memupuk cara berpikir
positif (dan mengendalikan pikiran-pikiran yang destruktif) untuk meraih
sukses. Yang penting diperhatikan di sini adalah kita perlu mengembangkan diri
kita secara terus-menerus, sehingga kita bisa benar-benar menjadi ahli di
bidang yang kita tekuni agar kita bisa memupuk rasa percaya diri yang tinggi,
dan membuat orang menaruh kepercayaan tinggi juga atas kemampuan kita. Banyak
sekali sumber yang bisa kita manfaatkan untuk mengembangkan diri. Kita bisa
belajar dari pengalaman diri sendiri, dan pengalaman orang lain.
Kita juga bisa
belajar dari kekalahan dan kegagalan yang kita alami, sehingga kita bisa
menggunakan kekalahan dan kegagalan ini sebagai batu loncatan untuk meraih
sukses.
Kita berkembang kalau kita berubah. Jangan takut pada perubahan, karena
perubahan merupakan pelajaran yang berharga. Jadi, jangan biarkan perubahan
terjadi sia-sia, jadikan perubahan itu berarti (petik pelajarannya, ambil
hikmahnya, dan nikmati kemajuan yang dihasilkannya).
Sumber lain (selain
buku-buku, artikel, dan pelatihan yang kita jalani) yang bisa kita gunakan
untuk mengembangkan diri adalah masukan dari musuh ataupun pesaing kita.
Jika
kita mendapat kritik, komentar yang menyakitkan dari lawan, perhatikan komentar
dan kritik tersebut, kalau memang ternyata ada benarnya, coba lakukan
langkah-langkah konkret untuk memperbaiki yang dianggap jelek sehingga menjadi
baik, dan mengganti yang dianggap rusak dengan yang lebih baik.
Jadi jika kita ingin mengendalikan faktor keberuntungan untuk berpihak kepada
kita, jika kita ingin mengendalikan hasil yang kita dapatkan dari apa yang kita
kerjakan, maka yang perlu kita kendalikan adalah diri kita sendiri. Jika kita
ingin menaklukkan musuh, maka yang harus kita taklukkan terlebih dahulu adalah
diri kita sendiri. Setelah kita memahami prinsip untuk mengendalikan diri
sendiri dan strategi yang bisa kita lakukan untuk memupuk kemampuan kita akan
kendali diri, jangan berhenti sampai di sini. Pengetahuan dan pemahaman akan
sia-sia tanpa tindakan. Sukses tidak akan datang tanpa perbuatan. Jadi, langkah
berikutnya adalah mencoba. Sukses untuk Anda.
Sumber : http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2003/1104/man01.html